kira-kira dimulai pada jaman prasejarah, sebuah periode di area kepulauan di Indonesia yang berlangsung sejak jaman Pleistocene hingga abad ke-4 ketika masyarakat Kutai membentuk prasasti batu tulis pertama. Tidak seperti bangsa Eropa maupun Timur Tengah yang terlihat jelas perbedaan antara era prasejarah dan era setelahnya, di Indonesia perbedaan ini amat sulit ditelusuri. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kondisi wilayah yang berbentuk kepulauan, dan menyebabkan beberapa bagian terutama pulau yang jauh, menjadi terisolasi. Contoh yang tepat bagi kejadian ini adalah daerah Jawa Barat dan pesisir Kalimantan Timur dimana jaman sejarahnya sudah dimulai sejak abad ke-4, namun kultur megalitik masih berkembang. Orang-orang Papua yang ada di pulau Nugini juga masih tinggal di jaman batu sebelum mereka melakukan kontak dengan dunia modern pada awal abad ke-20. Bahkan hingga kini, tradisi jaman megalitik yang masih ada bisa ditemukan di pulau Sumba dan Nias.
Sejarah Bangsa Indonesia Dilihat dari Kondisi Geologisnya
Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia harus dimulai dengan penelitian di daerah Indonesia modern, yang secara geologis muncul dari bawah laut Asia Tenggara sebagai hasil bertumbukannya lempeng India dan lempeng Australia, yang meluncur di bawah lempeng Sunda pada era-era awal Cenozoic, sekitar 63 juta tahun yang lalu. Kondisi tektonik ini kemudian membuat lengkung gunung merapi Sunda yang membentuk beberapa kepulauan seperti Sumatera, Jawa, dan kepulauan Sunda Kecil. Lengkung gunung merapi aktif ini kemudian berubah menjadi Danau Toba di Sumatera. Letusan supervolcano Toba yang terjadi sekitar 69.000 hingga 77.000 tahun yang lalu, menyebabkan musim dingin gunung api global.
Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia harus dimulai dengan penelitian di daerah Indonesia modern, yang secara geologis muncul dari bawah laut Asia Tenggara sebagai hasil bertumbukannya lempeng India dan lempeng Australia, yang meluncur di bawah lempeng Sunda pada era-era awal Cenozoic, sekitar 63 juta tahun yang lalu. Kondisi tektonik ini kemudian membuat lengkung gunung merapi Sunda yang membentuk beberapa kepulauan seperti Sumatera, Jawa, dan kepulauan Sunda Kecil. Lengkung gunung merapi aktif ini kemudian berubah menjadi Danau Toba di Sumatera. Letusan supervolcano Toba yang terjadi sekitar 69.000 hingga 77.000 tahun yang lalu, menyebabkan musim dingin gunung api global.
Kepulauan Indonesia mulai terlihat bentuknya seperti sekarang ini pada periode Pleistocene, yang selama beberapa periode masih menyambungkan Sunda dengan daerah utama Asia dan membentuk ekstensi besar daerah daratan dari Asia Tenggara. Ekstensi yang ada kemudian membuat beberapa binatang asia dan spesies hominid mulai bermigrasi ke daerah tersebut. Pada masa es terakhir yang terjadi sekitar 20.000 hingga 10.000 tahun yang lalu, Bumi mulai mengalami perubahan iklim, terjadinya penghangatan global dengan temperatur yang meningkat di atas rata-rata menyebabkan pelelehan beberapa bongkah es di kutub dan menaikkan volume air. Sunda mulai tenggelam dan terbentuklah selat Malaka, Laut Tiongkok Selatan, Selat Kalimata, dan Laut Jawa. Pada masa itu juga mulai terbentuk Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan pulau-pulau sekitarnya.
Penemuan Fosil Nenek Moyang Indonesia di Berbagai Daerah
Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia mulai ditemukan pada awal 2007 ketika para arkeolog menganalisa bekas potongan yang ada pada dua tulang bovid yang mereka temukan di Sangiran. Luka tersebut diperkirakan dibuat sekitar 1.5 hingga 1.6 juta tahun yang lalu dengan menggunakan perkakas dari cangkang dan merupakan bukti tertua tentang adanya manusia prasejarah di Indonesia. Fosil sisa tulang belulang dari Homo erectus yang lebih populer dengan nama “Manusia Jawa” ditemukan oleh seorang ahli anatomi dari Belanda yang bernama Eugene Dubois di Trinil pada tahun 1891, berumur paling tidak 700.000 tahun dan merupakan peninggalan dari manusia tertua yang ditemukan pada saat itu. Fosil Homo erectus lainnya dengan umur yang sama berhasil ditemukan di Sangiran pada tahun 1930 oleh ahli antropolg, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald yang di saat bersamaan menemukan fosil di Ngandong dengan perkakas yang lebih maju berumur sekitar 550.000 hingga 143.000 tahun. Pada tahun 1977, fosil Homo erectus lainnya kembali ditemukan di Sambungmacan.
Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia mulai ditemukan pada awal 2007 ketika para arkeolog menganalisa bekas potongan yang ada pada dua tulang bovid yang mereka temukan di Sangiran. Luka tersebut diperkirakan dibuat sekitar 1.5 hingga 1.6 juta tahun yang lalu dengan menggunakan perkakas dari cangkang dan merupakan bukti tertua tentang adanya manusia prasejarah di Indonesia. Fosil sisa tulang belulang dari Homo erectus yang lebih populer dengan nama “Manusia Jawa” ditemukan oleh seorang ahli anatomi dari Belanda yang bernama Eugene Dubois di Trinil pada tahun 1891, berumur paling tidak 700.000 tahun dan merupakan peninggalan dari manusia tertua yang ditemukan pada saat itu. Fosil Homo erectus lainnya dengan umur yang sama berhasil ditemukan di Sangiran pada tahun 1930 oleh ahli antropolg, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald yang di saat bersamaan menemukan fosil di Ngandong dengan perkakas yang lebih maju berumur sekitar 550.000 hingga 143.000 tahun. Pada tahun 1977, fosil Homo erectus lainnya kembali ditemukan di Sambungmacan.
Pada tahun 2003, ditemukan fosil dari hominid kecil yang berumur sekitar 74.000 hingga 13.000 tahun di pulau Flores yang diberi nama “Manusia Flores” dengan nama ilmiah Homo floresiensis. Hominid berukuran 3 kaki ini diperkirakan adalah spesies turunan dari Homo erectus dan ukurannya berkurang dalam jangka waktu lebih dari seribu tahun karena fenomena alamiah yang disebut pengerdilan oleh pulau, proses yang terjadi ketika sekelompok makhluk hidup tinggal di lingkungan yang kecil, seperti ukuran pulau flores. Manusia Flores diperkirakan berbagi pulau dengan Homo sapiens modern hingga sekitar 12.000 tahun yang lalu sebelum mereka akhirnya punah.
Secara kronologis, asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dimulai pada jaman Paleolitikum ketika Homo erectus diketahui menggunakan perkakas batu paleolitik dan perkakas cangkang yang ditemukan di Sangiran dan Ngandong. Bukti bekas sayatan yang dianalisa dari sebuah fosil mamalia Pleistocene juga mendokumentasikan sekitar 18 bekas sayatan yang disebabkan oleh perkakas yang terbuat dari serpih cangkang tebal terhadap dua tulang belulang bovid, dimana sayatan ini diperkirakan dibuat ketika terjadi pembantaian di Sangiran sekitar 1.6 hingga 1.5 juta tahun yang lalu. Masa ini berlanjut ke era Neolitikum, dimuana perkakas batu asah mulai dikembangkan oleh orang-orang Austronesia di kepulauan Indonesia.
Asal usul mengenai nenek moyang bangsa Indonesia mengakhiri kisahnya di dua masa terakhir, dimana yang pertama adalah masa Megalitikum. Kepulauan Indonesia dikenal juga sebagai rumah bagi megalit dari kultur Austronesia baik di masa lalu atau sekarang. Beberapa situs megalit juga bisa ditemukan di sekitar Indonesia seperti misalnya Menhir, dolmen, tabular batu, patung batu, dan sebuah struktur mirip piramida bernama Punden Berundak di beberapa situs sekitar Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan kepulauan Sunda Kecil. Pada jaman kedua yang bernama jaman Perunggu, kultur Dong Son dari Vietnam tiba di Indonesia membawa serta teknik pembuatan alat menggunakan perunggu, ritual pengorbanan sapi, dan metode sulam ikat. Beberapa kegiatan ini sampai sekarang masih sering digunakan terutama di daerah Sumatra, Sulawesi, dan beberapa pulau di Nusa Tenggara.
0 komentar:
Posting Komentar