Setidaknya ada 232 buah pilar atau tiang di Masjid Nabawi. Di antara ratusan pilar tersebut, ada beberapa pilar yang memiliki sejarah dan arti khusus. Meskipun beberapa kali mengalami perluasan –Alhamdulillah-, tempat-tempat tiang-tiang ini tetap terjaga. Sekarang, tiang-tiang itu diberi tanda untuk dikenali para peziarah.
Pada masa Rasulullah ﷺ, tiang-tiang Masjid Nabawi terbuat dari pohon kurma. Tiang-tiang tersebut terletak di Raudhah Syarifah yang luasnya 144 m2. Berikut ini adalah nama-nama tiang (usthuwaanah) yang berada di dalam Raudhah Masjid Nabawi:
- Al-Usthuwaanah al-Mukhalqah
- Al-Usthuwaanah al-Qur’ah atau Usthuwaanah Aisyah
- Usthuwaanah At-Taubah/Usthuwaanah Abu Lubabah
- Usthuwaanah As-Sarir
- Usthuwaanah Al-Haras
- Usthuwaanah al-Wufud
Banyak orang yang mengunjungi masjid Nabi tidak menyadari pilar ini atau tidak mengetahui latar belakang sejarahnya. Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan gambaran tentang letak dan latar belakang sejarah tiang-tiang tersebut. Dan jika Anda ditakdirkan berkunjung ke Masjid Rasulullah ﷺ, Anda akan lebih meresapi jejak-jejak Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya di sana:
Pertama: Ustuwanaah al-Mukhallaqah
Makna dari al-Mukhallaqah adalah al-Muthayyabah yang diberi minyak wangi. Dari kata al-khaluq yang artinya parfum.
Jabir bin Abdullah mengatakan, “Orang pertama yang memberi wewangian pada Masjid Nabawi adalah Utsman bin Affan radhillahu ‘anhu. Ketika orang-orang Khaizuran datang berhaji pada tahun 70 H, diperintahkan agar masjid diberi wewangian. Yang menangani pemberian wewangian pada masjid ini adalah seorang wanita. Maka dia memberi wewangian seluruh bagian masjid termasuk kamar Nabi ﷺ”.
Diriwayatkan dari as-Samhudi dari Ibnu Zubalah bahwa Nabi ﷺ melaksanakan shalat wajib di tiang ini selama beberapa belas hari setelah perubahan arah kiblat.
Salamah bin al-Akwa’ radhiallahu ‘anhu mengupayakan untuk shalat di tiang ini. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab, “Aku melihat Rasulullah ﷺ biasa shalat di tiang ini”.
Dan hingga sekarang, khususnya bagian raudhah Masjid Nabawi, dibersihkan dengan air mawar setiap hari.
Kedua: al-Usthuwaanah al-Qur’ah atau Ustuwanaah Aisyah
Pilar ini juga disebut “Utswaanah Qur-ah” atau tiang undian. Tiang ini juga disebut dengan tiang Muhajirin. Karena sahabat-sahabat Muhajirin sering duduk di dekatnya. Tempat ini awalnya digunakan Nabi ﷺ sebagai tempat shalat.
Tiang Aisyah terletak di tengah al-Rhaudhah asy-Syarifah. Yaitu tiang ketiga jika dihitung antara dinding makam Rasulullah ﷺ dan mimbar nabi. Tiang ini dinamai dengan “Usthuwaanah Aisyah” sebagai pengingat dan penghormatan kepada perjuangan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha dalam penyebaran Islam.
Ketiga: al-Usthuwaanah At-Taubah/Usthuwaanah Abu Lubabah
Tiang ini merupakan tiang keempat dari mimbar, yang kedua dari kubur, dan yang ketiga dari arah kiblat. Tiang ini disebut tiang Abu Lubabah, yakni seorang sahabat Nabi ﷺ yang namanya adalah Rifa’ah bin Abdul Mundzir.
Pada Perang Bani Quraizhah, Rasulullah ﷺ mengutus Abu Lubabah radhiallahu ‘anhu kepada Bani Quraizhah. Melihat kedatangan Abu Lubabah, orang-orang Yahudi; laki-laki, wanita-wanita, dan anak-anak berlarian kepadanya. Kemudian mereka menangis hingga Abu Lubabah merasa iba pada mereka. Orang-orang Yahudi Bani Quraizhah berkata kepada Abu Lubabah, “Hai Abu Lubabah, bagaimana pendapatmu kalau kami tunduk kepada hukum Muhammad?” Abu Lubabah menjawab, “Ya”. Abu Lubabah berkata seperti itu sambil memberi isyarat dengan tangan ke tenggorokannya, yang artinya siap-siaplah kalian mati.
Abu Lubabah menyesali apa yang ia ucapkan. Ia berkata, “Aku tidak beranjak dari tempatku ini hingga Allah menerima taubatku atas perbuatanku. Aku berjanji kepada Allah agar selama-lamanya tidak diperlihatkan pada negeri yang di dalamnya aku pernah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya”.
Ibnu Hisyam mengatakan, “Abu Lubabah mengikat diri pada tiang masjid selama enam hari. Pada masa itu, istrinya datang di setiap waktu shalat untuk melepaskan ikatan agar ia bisa mengerjakan shalat. Usai shalat, ia kembali mengikat diri”.
Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, berkata, “Taubat Abu Lubabah diterima Allah”. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada Abu Lubabah?” Beliau ﷺ bersabda, “Silakan, jika engkau mau”. Ummu Salamah berdiri di depan pintu kamarnya –itu terjadi sebelum hijab diwajibkan– kemudian berkata, “Hai Abu Lubabah, bergembiralah, karena Allah telah menerima taubatmu”. Para sahabat pun mengerumuni Abu Lubabah untuk melepaskan ikatannya, namun ia berkata, “Tidak, demi Allah, aku tidak mau, hingga Rasulullah sendiri yang melepaskanku dengan tangannya”. Ketika Rasulullah ﷺ, keluar untuk menunaikan shalat subuh, beliau berjalan melewati Abu Lubabah, kemudian melepaskan ikatannya’.
Keempat: Usthuwaanah as-Sarir (ranjang)
As-sarir artinya ranjang. Di tempat ini Rasulullah ﷺ biasa beriktikaf. Beliau letakkan tempat tidurnya yang terbuat dari pelepah kurma, lalu berbaring di tempat ini. Karena itulah tiang ini dinamakan tiang as-sarir. Tiang ini terletak di sebelah Timur tiang Abu Lubabah.
Kelima: Usthuwaanah al-Hars
Di belakang (bila dilihat dari sisi Utara) tiang as-sarir, berdiri kokoh tiang al-Haras (penjagaan). Apabila berjumpa dengan masyarakat, Rasulullah duduk di tempat ini dan dijaga oleh para sahabatnya. Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu adalah yang paling sering menjaga beliau. Karena itu pula tiang ini dinamakan tiang Ali. Ketika Allah ﷻ menurunkan firman-Nya,
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
“Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 67).
Keenam: Usthuwaanah al-Wufud
Dari sisi utara, tiang ini terletak di belakang tiang al-Haras. Rasulullah ﷺ biasa duduk di sini tatkala menyambut para utusan dari bangsa Arab yang datang ke Madinah.
0 komentar:
Posting Komentar